KUNINGAN
(MASS) – Lantaran masih dalam proses penanganan Badan Kehormatan (BK) DPRD, tensi
dari polemik “Limbah” yang melibatkan Ketua DPRD Nuzul Rachdy belum menurun.
Ragam tanggapan terus bermunculan dari banyak pihak.
Setelah
sebelumnya ungkapan dilontarkan Soejarwo, Rudi Idham, Nana Rusdiana dan Nana
Nurudin, kali ini Boy Sandi Kartanegara ikut berbicara. Pria yang aktif di
Merah Putih Institute tersebut menyoal kedatangan Zul ke Husnul yang ditemani
Bupati H Acep Purnama.
“Saya pikir
niat sodara Zulrachdy mengunjungi HK sudah cukup baik,” ujar Boy mengawali
pernyataannya.
Hanya
menjadi pertanyaan, imbuh Boy, kapasitas kehadirannya ini yang ditafsirkan
bias.
“Urutan
logikanya kan pertama, apakah pernyataan Zul ini merupakan sikap resmi lembaga?
Ketika menyampaikan permohonan maaf di DPRD beliau didampingi oleh 2 wakil ketua
DPRD. Berikutnya Kemudian ketika kunjungannya kemarin ke Husnul beliau
didampingi oleh bupati,” tuturnya.
Dalam
ucapannya pun, lanjut Boy, menggunakan ungkapan “kami”. Ia mempertanyakan kami
itu siapa. Ini pertanyaan-pertanyaan baru yang malah akan membuat publik
semakin pusing dengan tontotan seperti ini.
“Apa yang
mau dicontoh dari perilaku pejabat publik seperti ini? Minta maaf setelah
desakan dari berbagai komponen menguat. Hadirnya minta maaf, terkesan seperti
siswa dipanggil Guru BK yang harus didampingi orang tua,” kata Boy.
Dalam
masalah tersebut, ia tidak melihat lagi ini persoalan Nuzul Rachdy semata,
tetapi bagaimana lembaga seterhormat DPRD menjaga kredibilitas dan legitimasinya
dimata masyarakat Kuningan khususnya.
“Karena bola
sudah ada di BK silahkan BK bekerja profesional. Ia tak boleh mengambil
keputusan karena tekanan atau pendekatan. Tinggal gunakan akal sehat, norma,
etika, kewajaran dan kepantasan apakah lembaga DPRD masih perlu kehormatan?,”
pungkasnya. (deden)